Aku

Disinilah semuanya dimulai dan diakhiri... Disinilah semuanya datang dan pergi... Disinilah semua mimpi dan nyata...

Sabtu, 05 Januari 2013

PERAN UTAMA SUHU TERHADAP 8 KOMODITI PERKEBUNAN


Cuaca dan iklim merupakan salah satu faktor dalam produksi pangan yang paling sukar dikendalikan. Oleh karena itu dalam usaha pertanian, umumnya disesuaikan dengan kondisi iklim setempat. Junghun mengklasifikasi daerah iklim di Pulau Jawa secara vertikal sesuai dengan kehidupan tumbuh-tumbuhan. Pembagian daerah iklim tersebut adalah :
1.      Daerah panas/tropis
Tinggi tempat : 0 – 600 m dpl
Suhu                : 26,3° C – 22° C
Tanaman         : padi, jagung, kopi, tembakau, tebu, karet, kelapa, coklat
2.      Daerah sedang
Tinggi tempat : 600 m – 1500 m dpl
Suhu                : 22° C – 17,1° C
Tanaman         : padi, tembakau, teh, kopi, coklat, kina, sayur-sayuran
3.      Daerah sejuk
Tinggi tempat : 1500 – 2500 m dpl
Suhu                : 17,1° C – 11,1° C
Tanaman         : kopi, teh, kina, sayur-sayuran
4.      Daerah dingin
Tinggi tempat : lebih dari 2500 m dpl
Suhu                : 11,1° C – 6,2° C
Tanaman         : Tidak ada tanaman budidaya
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan makhluk hidup, termasuk tumbuhan. Suhu dapat memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Rai dkk (1998) suhu dapat berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan berperan tidak langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme.
Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu sebagai faktor lingkungan. Misalnya energi cahaya mungkin diubah menjadi energi panas ketika cahaya diabsorpsi oleh suatu substansi. Suhu sering berperan bersamaan dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi-fungsi dari organisme. Relatif mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan tetapi sulit untuk menentukan suhu yang bagaimana yang berperan nyata, apakah keadaan maksimum, minimum atau keadaan harga rata-ratanya yang penting.
v  Variasi suhu
Sangat sedikit tempat-tempat di permukaan bumi secara terus-menerus berada dalam kondisi terlalu panas atau terlalu dingin untuk sistem kehidupan, suhu biasanya mempunyai variasi baik secara ruang maupun secara waktu. Variasi suhu ini berkaitan dengan garis lintang, dan sejalan dengan ini juga terjadi variasi lokal berdasarkan topografi dan jarak dari laut. Terjadi juga variasi dari suhu ini dalam ekosistem, misalnya dalam hutan dan ekosistem perairan. Perbedaan yang nyata antara suhu pada permukaan kanopi hutan dengan suhu di bagian dasar hutan akan terlihat dengan jelas. Demikian juga perbedaan suhu berdasarkan kedalaman air.
Seperti halnya dengan faktor cahaya, letak dari sumber panas (matahari), bersama-sama dengan putarannya bumi pada porosnya akan menimbulkan variasi suhu di alam tempat tumbuhan hidup. Jumlah panas yang diterima bumi juga berubah-ubah setiap saat tergantung pada lintasan awan, bayangan tumbuhan setiap hari, setiap tahun dan gejala geologi.
Begitu matahari terbit pagi hari, permukaan bumi mulai memperoleh lebih banyak panas dibandingkan dengan yang hilang karena radiasi panas bumi, dengan demikian suhu akan naik dengan cepat. Setelah beberapa jam tercapailah suhu yang tinggi sekitar tengah hari, setelah lewat petang mulailah terjadi penurunan suhu bumi ini akibat reradiasi yang lebih besar dibandingkan dengan radiasi yang diterima.
Pada malam hari penurunan suhu muka bumi akan bertambah lagi, panas yang diterima melalui radiasi dari matahari tidak ada, sedangkan reradiasi berjalan terus, akibatnya ada kemungkinan suhu permukaan bumi lebih rendah dari suhu udara disekitarnya. Proses ini akan menimbulkan fluktuasi suhu seharian, dan fluktuasi suhu yang paling tinggi akan terjadi di daerah antara ombak di tepi pantai.
Berbagai karakteristika muka bumi penyebab variasi suhu :
·         Komposisi dan warna tanah, makin terang warna tanah makin banyak panas yang dipantulkan, makin gelap warna tanah makin banyak panas yang diserap.
·         Kegemburan dan kadar air tanah, tanah yang gembur lebih cepat memberikan respon pada pancaran panas daripada tanah yang padat, terutama erat kaitannya dengan penembusan dan kadar air tanah, makin basah tanah makin lambat suhu berubah.
·         Kerimbunan tumbuhan, pada situasi dimana udara mampu bergerak dengan bebas maka tidak ada perbedaan suhu antara tempat terbuka dengan tempat tertutup vegetasi. Tetapi kalau angin tidak menghembus keadaan sangat berlainan, dengan kerimbunan yang rendah mampu mereduksi pemanasan tanah oleh pemancaran sinar matahari. Ditambah lagi kelembaban udara dibawah rimbunan tumbuhan akan menambah banyaknya panas yang dipakai untuk pemanasan uap air, akibatnya akan menaikan suhu udara. Pada malam hari panas yang dipancaran kembali oleh tanah akan tertahan oleh lapisan kanopi, dengan demikian fluktuasi suhu dalam hutan sering jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan fluktuasi di tempat terbuka atau tidak bervegetasi.
·         Iklim mikro perkotaan, perkembangan suatu kota menunjukkan adanya pengaruh terhadap iklim mikro. Asap dan gas yang terdapat di udara kota sering mereduksi radiasi. Partikel-partikel debu yang melayang di udara merupakan inti dari uap air dalam proses kondensasinya uap air inilah yang bersifat aktif dalam mengurangi pengaruh radiasi matahari tadi.
·         Kemiringan lereng dan garis lintang, kemiringan lereng sebesar 50° dapat mereduksi suhu sebanding dengan 450 km perjalanan arah ke kutub.
Variasi suhu berdasarkan waktu/temporal terjadi baik musiman maupun harian, kesemua variasi ini akan mempengaruhi penyebaran dan fungsi tumbuhan.
v  Suhu dan Tumbuhan
Kehidupan di muka bumi ini berada dalam suatu kisaran suhu antara 0° C sampai dengan 50° C, dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan mempunyai suhu minimum, maksimum dan optimum yang diperlukan untuk aktifitas metabolismenya. Suhu-suhu tadi yang diperlukan organisme hidup dikenal dengan suhu kardinal. Suhu tumbuhan biasanya kurang lebih sama dengan suhu sekitarnya karena adanya pertukaran suhu yang terus-menerus antara tumbuhan dengan udara sekitarnya.
Kisaran toleransi suhu bagi tumbuhan sangat bevariasi, untuk tanaman di tropika seperti semangka tidak dapat mentoleransi suhu di bawah 15° – 18° C, sedangkan untuk biji-bijian tidak bisa hidup dengan suhu di bawah minus 2° C – minus 5° C. Sebaliknya konifer di daerah temperata masih bisa mentoleransi suhu sampai serendah minus 30° C. Tumbuhan air umumnya mempunyai kisaran toleransi suhu yang lebih sempit jika dibandingkan dengan tumbuhan di daratan.
Pengaruh suhu sangat besar. Beberapa tumbuhan dapat tumbuh dengan baik pada suhu yang lembab, dan beberapa lainnya tumbuh hanya pada suhu yang baik. Suhu mempengaruhi daya tahan, fungsi, bahkan bentuk tumbuhan. Sebagai contoh, tumbuhan padang pasir memiliki duri sebagai ganti daun, sehingga mengurangi penguapan yang terjadi pada tumbuhan tersebut.
Cobalah Anda membelah kaktus, maka akan Anda dapati banyak air di batangnya. Contoh lain adalah lumut yang tumbuh dan berkembang dengan baik pada tempat yang lembab, sehingga dapat di pastikan bahwa pertumbuhan lumut di topang oleh kelembapan suhu. Secara garis besar semua tumbuhan mempunyai kisaran toleransi terhadap suhu yang berbeda tergantung pada umur, keseimbangan air dan juga keadaan musim.
1.     Suhu dan Tanaman Teh (Camelia sinensis)
                  Pada umumnya, teh tumbuh di daerah tropis dengan ketinggian antara 200-2000 meter di atas permukaan laut. Suhu cuaca antara 14° - 25° C. Ketinggian tanaman dapat mencapai hingga 9 meter untuk teh Cina dan teh Jawa, ada yang berkisar antara 12 - 20 m tingginya untuk tanaman teh jenis Assamica.
                  Hingga saat ini, di seluruh dunia terdapat sekitar 1500 jenis teh yang berasal dari 25 negara. Untuk mempermudah pemetikan daun-daun teh, maka pohon teh selalu dijaga pertumbuhannya, dengan cara selalu dipangkas sehingga ketinggannya tidak lebih dari 1 m. Dengan ketinggian ini, maka sangatlah mudah untuk memetik pucuk-pucuk daun muda yang baik.
                  Teh di daerah  tropis umumnya ditanam di daerah dataran tinggi dengan ketinggian sekitar 800 – 1100 m dpl. Tanaman teh juga dapat memberikan hasil dengan kualitas yang baik di daerah dengan ketinggian 700 – 1000 m dpl. Curah hujan rata-rata per tahun yang dikehendaki, yaitu 2.000 – 2.500 mm. Di daerah tropis, tanaman teh tidak tahan terhadap musim kemarau yang panjang. Curah hujan ideal tidak kurang dari 100 mm/bulan sepanjang tahun.
                  Angin yang membawa udara panas tidak baik bagi pertumbuhan tanaman teh. Jika angin berhembus selama 3 – 4 hari secara berturut-turut, dapat mengakibatkan kerontokan pada daun. Kerontokan ini disebabkan adanya ketidakseimbangan antara penguapan dan kemampuan akar mengisap air.
                  Suhu ideal bagi pertumbuhan tanaman teh berkisar 18 ° - 30° C. Suhu di atas atau di bawah kisaran tersebut dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Tanah yang cocok untuk menanam teh adalah tanah yang subur, tidak bercadas, dan mengandung banyak bahan organik. Kisaran pH idealnya antara 4,5 – 6,5. Umumnya lahan yang cocok untuk pertumbuhan teh terletak di lereng-lereng gunung berapi.
                  Lingkungan tumbuh yang mendukung bagi pertumbuhan tanaman teh secara maksimal sehingga proses dan hasil produksi maksimal pula, yaitu diantaranya terletak pada temperatur harian berkisar antara 13° - 15° C yang diikuti oleh cahaya matahari yang cerah dan kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang dari 70%. Curah hujan rata-rata sepuluh tahun terakhir menunjukkan bulan kemarau yang curah hujannya kurang dari 60 mm tidak lebih dari 2 bulan serta tidak ada bulan yang sama sekali tidak ada hujan dan jumlah hujan tahunan sebaiknya tidak kurang dari 2000 mm.
                  Sinar matahari yang meliputi intensitas, kualitas dan lama penyinaran. Di daerah rendah penyinaran matahari sangat kuat sehingga tanaman teh memerlukan pohon pelindung. Pada umumnya angin yang berasal dari dataran rendah membawa udara panas dan kering, ini seringkali berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan teh, tiupan angin yang kencang terus-menerus selama 2 – 3 hari akan menyebabkan daun rontok, angin mempengaruhi kelembaban udara, maka berpengaruh pula terhadap penyebaran hama dan penyakit. Cara pencegahannya antara lain dengan menanam pohon pematah angin (win breaker) sepanjang batas sisi-sisi kebun yang biasa dilalui angin.
                  Perkebunan teh di Indonesia pada umumnya terletak pada ketinggian 400 – 2000 m di atas permukaan laut. Sehingga berdasarkan ketinggian tersebut perkebunan teh bisa digolongkan menjadi : perkebunan daerah rendah (<800 m dpl), perkebunan daerah sedang (800 – 1200 dpl) dan perkebunan daerah tinggi (>1200 m dpl).
2.     Suhu dan Tanaman Kakao (Theobromae cacao)
                  Pengaruh temperatur atau suhu terhadap tanaman kakao erat kaitannya dengan ketersedian air, sinar mtahari, dan kelembaban. Faktor-faktor tersebut dapat dikelola melalui pemangkasan, penataan tanaman pelindung, dan irigasi. Temperatur sangat berpengaruh terhadap pembentukan flush, pembungaan, serta kerusakan daun.
                  Menurut hasil penelitian, temperatur ideal bagi pertumbuhan tanaman kakao adalah 30° - 32° C (maksimum) dan 18° - 21° C (minimum). Kakao dapat juga tumbuh dengan baik pada temperatur minimum 15° C per bulan dengan temperatur minimum absolut  10° C per bulan. Tempertaur ideal lainnya bagi pertumbuhan tanaman kakao adalah 26,6° C, yang erat kaitannya dengan distribusi tahunan 23,9° - 26,7° C masih baik untuk pertumbuhan tanaman kakao asalkan tidak didapati musim hujan yang panjang. Berdasarkan keadaan iklim di Indonesia, temperatur 25° - 26° C merupakan temperatur rata-rata tahunan tanpa faktor pembatas. Oleh karena itu, daerah-daerah tersebut sangat cocok jika ditanami kakao.
                  Tempertaur yang lebih rendah 10° C yang diterima oleh tanaman kakao, akan mengakibatkan gugur daun dan mengeringnya bunga sehingga laju pertumbuhannya berkurang. Di Trininad, temperatur konstan 31° C menyebabkan tanaman tumbuh abnormal, walaupun di Ghana temperatur 33,8° C tidak mengakibatkan pengaruh buruk terhadap tanaman kakao.
                  Tempertaur yang tinggi  akan memacu pembungaan, tetapi kemudian akan segera gugur.  Pembungaan akan lebih baik jika berlangsung pada temperatur 26° - 30° C pada siang hari dibandingkan bila terjadi pada temperatur 23° C. Demikian juga temperatur 26° C pada malam hari masih lebih baik pengaruhnya terhadap pembungaan daripada temperatur 23° - 30° C. Jumlah flush maupun luas daun lebih besar pada suhu rendah, demikian juga waktu hidupnya.
                  Pengalaman  PT Perkebunan XIII menunjukkan bukti bahwa temperatur tinggi selama kurun waktu yang panjang berpengaruh terhadap berat biji. Temperatur yang relatif rendah akan menyebabkan biji kakao banyak mengandung asam lemak yang tidak jenuh.
                  Pada areal tanaman yang belum menghasilkan (TBM), kerusakan tanaman sebagai akibat dari temperatur tinggi selama kurun waktu yang panjang ditandai dengan matinya pucuk (dieback). Daun kakao masih toleran sampai suhu 50° C untuk jangka waktu yang pendek. Temperatur yang tinggi tersebut menyebabkan gejala necrosis pada daun.
                  Lingkungan hidup alami tanaman kakao adalah hutan hujan tropis yang di dalam pertumbuhannya membutuhkan naungan untuk mengurangi pencahayaan penuh. Cahaya matahari yang terlalu banyak menyoroti tanman kakao akan mengakibatkan lilit batang kecil, daun sempit, dan tanaman relatif pendek. Sejumlah peneliti menyimpulkan bahwa maksimalisasi penggunaan cahaya matahari di dalam proses fotosintesis ternyata tidak memberikan pengaruh merugikan terhadap pertumbuhan dan produksinya. Air dan hara merupakan faktor penentu jika kakao hendak ditanam dengan sisitem tanpa tanaman pelindung. Dengan demikian, tanaman terus-menerus mendapatkan sinar matahari secara penuh.
                  Syarat tumbuh bagi pertumbuhan tanaman kakao yang perlu diperhatikan adalah daerah tanam ketinggiannya tidak lebih dari 800 meter di atas permukaan air laut, dengan suhu 30° C – 32° C (maksimum) dan 18° C – 21° C (minimum) dengan pH 5,6 – 7,2 serta daerah yang bercurah hujan 1100 mm/tahun – 3000 mm/tahun.
3.     Suhu dan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis)
                  Karena karet merupakan tanaman tropis maka lingkungan tumbuh yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman karet agar optimal, dapat ditentukan dengan curah hujan antara 2000-4000 mm/tahun. Sedangkan banyak hari hujannya antara 100-150 hari/tahun. Kemudian terletak pada ketinggian 0-400 m dpl, tetapi yang optimal pada ketinggian 200 m dpl. Dan suhu harian yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangannya adalah 25° - 30° C, tetapi suhu yang optimal pada 28° C dengan lamanya penyinaran matahari selama ± 5 jam/hari.
                  Secara garis besar tanaman karet dapat tumbuh baik pada kondisi iklim dengan suhu rata-rata harian 28° C (dengan kisaran 25° -35° C) dan curah hujan tahunan rata-rata antara 2.500 – 4.000 mm dengan hari hujan mencapai 150 hari per tahun. Pada daerah yang sering turun hujan pada pagi hari akan mepengaruhi kegiatan penyadapan. Daerah yang sering mengalami hujan pada pagi hari produksinya akan kurang. Keadaan daerah di Indonesia yang cocok untuk pertanaman karet adalah daerah-daerah Indonesia bagian barat, yaitu Sumatera, Jawa dan Kalimantan, sebab iklimnya lebih basah.
                  Tanaman karet tumbuh dengan baik di daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara 15° LS dan 15° LU. Bila ditanam di luar zona tersebut, pertumbuhannya agak lambat, sehingga memulai produksinya pun lebih lambat. Tanaman karet tumbuh optimal di dataran rendah, yakni pada ketinggian sampai 200 meter dpl. Makin tinggi letak tempat, pertumbuhannya makin lambat dan hasilnya lebih rendah. Ketinggian lebih dari 600 meter dari permukaan laut tidak cocok lagi untuk tanaman karet.
                  Angin juga dapat mempengaruhi pertumbuhan pertanaman karet, angin yang kencang dapat mematahkan tajuk tanaman. Di daerah berangin kencang dianjurkan untuk ditanami tanaman penahan angin di sekeliling kebun. Selain itu angin menyebabkan kelembaban udara di sekitar tanaman menipis. Dengan keadaan demikian akan memperlemah turgor tanaman. Tekanan turgor yang lemah berpengaruh terhadap keluarnya lateks pada waktu sadap, walaupun tidak berpengaruh nyata, tetapi angin akan berpengaruh terhadap jumlah produksi yang diperoleh.
                  Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran rendah dengan ketinggian 200 m dpl. Ketinggian > 600 m dpl tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu optimal diperlukan berkisar antara 25°-35° C.
4.     Suhu dan Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis)
                  Kelapa sawit dapat tumbuh baik pada daerah iklim tropis basah dengan ketinggian 0-500 m dpl. Curah hujan yang diperlukan tanaman kelapa sawit agar dapat tumbuh optimal adalah rata-rata 2.000-2.500 mm/tahun dengan distribusi sepanjang tahun tanpa bulan kering yang berkepanjangan. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-7 jam/hari. Selain curah hujan dan sinar matahari yang cukup, untuk tumbuh dengan baik tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar 24°-28° C.
                  Meskipun demikian, tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh pada suhu terendah 18° C dan tertinggi 32° C. Beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendah suhu adalah lama penyinaran dan ketinggian tempat. Makin lama penyinaran atau makin rendah suatu tempat, makin tinggi suhunya. Suhu berpengaruh terhadap masa pembungaan dan pematangan buah. Tanaman kelapa sawit yang ditanam lebih dari ketinggian 500 m dpl akan terlambat berbunga satu tahun jika dibandingkan dengan yang ditanam didataran rendah.
                  Secara alami kelapa sawit hanya dapat tumbuh di daerah tropis. Tanaman ini dapat tumbuh ditempat berawa (swamps) di sepanjang bantaran sungai dan di tempat yang basah. Didalam hutan hujan tropis, tanaman ini tidak dapat tumbuh karena terlalu lembab dan tidak mendapat sinar matahari karena ternaungi kanopi tumbuhan yang lebih tinggi. Sinar matahari harus langsung mengenai daun kelapa sawit.
                  Lama penyinaran matahari rata-rata 5-7 jam perhari. Angin tidak mempengaruhi pertumbuhan karena bentuk daun yang sedemikian rupa sehingga tidak mudah dirusak angin. Benih kelapa sawit mengalami dormansi (keadaan sementara tanaman) yang cukup panjang. Diperlukan aerasi yang baik dan temperatur yang tinggi untuk memutuskan masa dormansi agar bibit dapat berkecambah. Pada proses perkecambahan diperlukan kelembaban 60-80% dengan temperatur 35° C. Curah hujan tahunan antara 1.500-4.000 mm, optimalnya 2.000-3.000 mm/tahun.
5.     Suhu dan Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L.)
                  Agar dapat tumbuh dengan subur tanaman kelapa menuntut suhu yang tinggi. Suhu tahunan rata-rata yang dibutuhkan 27° C, yang paling rendah 25° C. Suhu optimum belum diketahui. Suhu juga dapat menentukan ketinggian tempat ideal yang dibutuhkan tanaman kelapa. Batas ketinggian akan semakin rendah dengan bertambah jauhnya tempat dari khatulistiwa.
                  Ketinggian tempat penanaman ideal bagi tanaman kelapa adalah 600 – 900 m dpl. Daerah pembudidayaan yang paling penting terletak tidak lebih dari 15° dari khatulistiwa. Indonesia seluruhnya berada di dalam zona tersebut. Di luar daerah ini, meskipun masih di daerah tropika terlihat bahwa pertumbunhannya agak lebih lamban. Di Kepulauan Fiji (16° - 19° LS) misalnya, tanaman kelapa agak kurang  baik tumbuhnya dibandingkan dengan yang ada di Kepulauan Solomon (6° – 8° LS).
                  Di luar daerah tropika, pembudiadayaan tanaman kelapa hanya dikenal di Florida saja (titik selatan 25° LU) dan pulau-pulau yang berbatasan dengannya. Di sini buah-buah kelapa terutama dijual kepada turis-turis yang banyak mengunjungi daerah tersebut.
                  Ada kalanya pohon-pohon kelapa di daerah ini mati karena beku. Di Miami (25° - 48° LU), suhu tahunan rata-rata 23,9° C, suhu bulan yang paling dingin (Januari) 19,8° C, yang paling panas (Agustus) 27,8° C. Bagi produksi kopra atau minyak, pembudidayaan di tempat ini tidak menguntungkan. Pada derajat lintang yang lebih tinggi lagi, tanaman kelapa memang masih dapat tumbuh di tempat-tempat yang baik, namun tidak akan menghasilkan buah, misalnya saja di Los Angeles (33° LU), dan di pantai selatan Portugis (37° LU).
                  Pertumbuhan tanaman kelapa sangat dipengaruhi oleh suhu, terutama saat berbuah.  Suhu rendah tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman kelapa.  Suhu udara yang optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kelapa berkisar antara 27°-28° C dan suhu minimum yang dikehendaki 20° C (Imam Harjono, 1997).
6.     Suhu dan Tanaman Tebu (Saccharum officinarium L.)
                  Tanaman tebu tumbuh optimal pada daerah dataran rendah yang kering dengan ketinggian kurang dari 500 m dpl dan iklim panas yang lembab pada suhu 25° - 28° C. Agar tanaman tebu mengandung kadar gula yang tinggi, harus diperhatikan musim tanamnya.
                  Saat masih muda, tanaman tebu memerlukan banyak air, sedangkan saat mulai tua memerlukan musim kemarau yang panjang. Tanah yang cocok adalah yang bersifat kering-kering basah, yaitu curah hujan kurang dari 2.000 mm/tahun. Selain itu, tebu cocok ditanam pada tanah yang tidak terlalu masam dengan pH di atas 6,4.
                  Tanaman tebu dapat tumbuh di daerah beriklim panas dan sedang (daerah tropik dan subtropik) dengan daerah penyebaran yang sangat luas yaitu antara 35° LS dan 39° LU. Unsur-unsur iklim yang penting bagi pertumbuhan tanaman tebu adalah curah hujan, sinar matahari, angin, suhu, dan kelembaban udara.
                  Suhu sangat menentukan kecepatan pertumbuhan tanaman tebu, sebab suhu terutama mempengaruhi pertumbuhan menebal dan memanjang tanaman ini. Suhu siang hari yang hangat atau panas dan suhu malam hari yang rendah diperlukan untuk proses penimbunan sukrosa pada batang tebu. Suhu optimal untuk pertumbuhan tebu berkisar antara 24°-30° C, beda suhu musiman tidak lebih dari 6° C, dan beda suhu siang dan malam hari tidak lebih dari 10° C.
7.     Suhu dan Tanaman Kopi (Coffea sp.)
                  Amplitudo temperatur udara yaitu perbedaan antara temperatur maksimal (siang) dan minimal (malam) dalam sehari semalam yang dapat merangsang pembentukan primordia bunga. Semakin besar perbedaan antara temperatur siang dan malam hari, semakin besar pula rangsangan yang dialami tanam kopi untuk membentuk primordia bunga.
                  Ada pula kombinasi tertentu antara temperatur siang dan malam hari yang lebih efektif dalam merangsang pembentukan primordia bunga. Pertumbuhan kopi arabika memerlukan temperatur optimum 23° C pada siang dan 17° C pada malam. Untuk pemebentukan primordia bunga , temperatur optimummnya 30° C pada siang dan 23° C pada malam. Apabila temperatur siang hari turun di bawah 17° C dan temperatur malam di bawah 12° C, praktis pembentukan primordia bunga berhenti.
                  Saat musim kemarau, di Pulau Jawa amplitudo temperatur siang dan malam hari tertinggi, yang biasanya bersamaan waktunya dengan periode hari pendek. Di Jawa Timur (Jember), sejak bulan april selisih temperatur tersebet telah mencapai lebih dari 7° C sehingga cukup untuk merangsang pembentukan bunga. Kombinasi temperatur rata-rata siang dan malam umumnya berkisar 30° C/23° C dan 30° C/21° C. Selisih temperatur siang dan malam itu mendapat angka tertinggi dalam bulan juli. Perbedaan temperatur maksimal dan minimal dalam sehari semalam inilah yang merangsang primordia (bakal) bunga, terutama di daerah-daerah yang sama sekali tidak memiliki perbedaan perioditas cahaya, seperti daerah dibawah garis khatulistiwa.
Iklim yang cocok untuk tanaman Kopi Arabika, yaitu :
·         Garis lintang 6‐9° LU sampai 24° LS
·         Tinggi tempat 1250-1.850 m dpl
·         Curah hujan 1.500-2.500 mm/th
·         Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1‐3 bulan
·         Suhu udara rata‐rata 17°‐21° C
Persyaratan iklim Kopi Robusta, yaitu :
·         Garis lintang 20° LS sampai 20° LU
·         Tinggi tempat 300-1.500 m dpl
·         Curah hujan 1.500-2.500 mm/th
·         Bulan kering (curah hujan < 60 mm/bulan) 1‐3 bulan
·         Suhu udara rata‐rata 21‐24° C
8.     Suhu dan Tanaman Tembakau (Nikotiana tabacum)
                  Tanaman tembakau merupakan tanaman tropis yang dapat hidup pada rentang iklim yang luas. Karena responnya netral terhadap panjang hari, tanaman tembakau dapat tumbuh dari 60° LU - 40° LS. Batas suhu minimum, yaitu 15° C dan suhu maksimum 42° C.
                  Suhu ideal saat siang hari adalah 27° C. Sejak tanaman tembakau ditanam hingga fase pemasakan daun diharapkan kondisinya kering. Curah hujan merupakan faktor penentu hasil dan mutu tembakau. Pengaturan waktu tanam yang didasarkan pada periode kering sangat menentukan keberhasilan usaha tani tembakau.
                  Tekstur tanah lapisan atas yang baik untuk tanaman tembakau adalah lempung berpasir atau pasir berlempung dengan subsoil liat berpasir. Tanah-tanah tersebut mempunyai porsi udara dan air tanah yang optimum bagi pertumbuhan akar tanaman tembakau.
                  Selain itu, tanaman tembakau menghendaki tanah yang strukturnya baik, remah serta gembur, drainasenya baik, kisaran pH 6,0 – 7,5, dan memiliki pegang air yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Yan dkk. 1992. Kelapa Sawit: Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.
Rahardjo, Rudi. 2012. Kopi. Jakarta: Penebar Swadaya.
Suwarto, dan Yuke Octaviani. 2010. Budi Daya 12 Tanaman Perkebunan Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.
Tim Pengembangan Materi LPP. 2012. Buku Pintar Mandor: Seri Budidaya Tanaman Karet. Yogyakarta: LPP Press.
Tim Pengembangan Materi LPP. 2012. Buku Pintar Mandor: Seri Budidaya Tanaman Teh. Yogyakarta: LPP Press.
Tumpah, Siregar. 2010. Budi Daya Cokelat. Jakarta: Penebar Swadaya.


http://ipankreview.wordpress.com/2009/03/25/hubungan-suhu-dan-pertumbuhan-tanaman/

1 komentar:

  1. mantab gan,
    ,
    ,
    ,
    ,
    salam semangat
    http://www.kabartebo.top/2015/06/meningkatkan-produksi-karet-waktu.html

    BalasHapus

Mari saling mendengarkan...